Ampuni Aku Jika Aku Suka Mengeluh
sebuah percikan

ari ini di sebuah bus, aku melihat seorang gadis cantik dengan rambut hitamnya yang indah. Aku iri melihatnya, dia tampak begitu ceria dan kuberharap bahwa aku bisa sepertinya. Ketika bus berhenti di sebuah halte, gadis ini terhuyung-huyung berjalan menuju pintu keluar. Ternyata ia memakai tongkat kruk karena hanya satu kakinya yang dapat berjalan normal, namun saat melewati tempat dudukku ia melemparkan sebuah senyum yang manis.

Oh Tuhan, ampunilah aku jika aku sering mengeluh. Aku punya dua kaki yang sehat, dunia ini milikku!

Kemudian aku berhenti di depan sebuah kios untuk membeli sebuket bunga. Anak laki-laki penjualnya tampak begitu menarik dan mempesona. Aku mengajaknya bercakap-cakap dan ia tampak begitu ramah. Ketika aku hendak beranjak, ia berkata, “Terima kasih, Anda sangat baik. Sungguh menyenang-kan bercakap-cakap dengan-mu. Seperti yang kau lihat, saya ini buta.”

Oh Tuhan, ampunilah aku jika aku sering mengeluh. Aku memiliki dua mata yang dapat melihat jelas, dunia ini milikku!

Lalu sambil berjalan, aku melihat ada seorang anak dengan bola mata hitam yang amat indah. Ia hanya berdiri menyaksikan teman-teman seusianya bermain di lapangan. Aku berhenti sejenak dan menyapanya, “Mengapa Kamu tidak ikut bermain dengan mereka, Nak ?” Ia tetap menatap ke depan tanpa bersuara. Kemudian sadarlah aku bahwa ia tuli.

Oh Tuhan, ampunilah aku jika aku sering mengeluh. Aku punya sepasang telinga yang dapat mendengar dengan baik, dunia ini milikku! Dengan dua kaki yang dapat mebawaku ke mana saja aku mau, dengan duamata yang dapat menyaksikan matahari terbenam, dengan dua telinga yang dapat mendengarkan kicauan burung...

Oh Tuhan, ampunilah aku jika aku sering mengeluh.