Harapan-Harapan Natal
perenungan

Bacaan : Lukas 1 : 39-56
(Maria dan Elisabet; Nyanyian pujian Maria)

“Sesungguhnya ketika engkau masih muda, engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki.” Yohanes 21:18

Di dalam madah pujiannya, Maria melukiskan penyerahan sesorang yang membuka diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Suatu penyerahan seorang hamba yang sangat mengerti akan rencana Tuhan, penyerahan seorang hamba yang mau dipakai Tuhan untuk melengkapi rencana-Nya yang besar, suatu harapan besar. Harapan Natal.

Keyakinan dan penyerahan yang sesempurna itu yang dipakai Tuhan dalam menyatakan rencana-Nya. Sayangnya keyakinan seperti itu kini sudah menjadi asing dan sulit ditemukan.

Kita sudah lebih mengutamakan prestasi pribadi, kepuasan diri, harga diri, mencari kemudahan, keinginan memegang kendali, dll. Dengan lebih mengutamakan hal-hal di atas, bagaimana kita akan dapat membuka diri terhadap perintah-perintah Tuhan? Bagaimana kita dapat berserah membiarkan diri menjadi hamil dan membawa harapan-harapan indah dimana Tuhan telah lahir 2000 tahun yang lalu dan masih tetap mencekam kita setiap kali kita merayakan kelahiran-Nya.

Bagaimana kita bisa ikut meyakini dan berseru : “Kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi dan damai sejahtera dibumi diantara manusia yang berkenan kepada-Nya” Lukas 2:14.

Marilah kita seperti Maria, menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada rencana Tuhan. Mari kita tumbuhkan respon kita terhadap Harapan Natal itu. Walaupun juga harus seperti Petrus yang rela dibawa ketempat yang tidak dikehendakinya dan mati dalam memuliakan Allah.

Doa
Tuhan, kami ingin mengoreksi diri kami, apakah kami siap menyambut Harapan Natal ? Siapkah kami untuk menyerahkan diri kami sepenuhnya ? Kami mohon tuntunan-Mu Tuhan. Amin.

Renungan
Dapatkah/mampukah aku menyanyikan Kidung Maria, di Natal ini?