Kami Puji Dengan Riang {KJ 3}
kisah madah

etika memandang keindahan pegunungan Berkshire di Massachusetts, Henry van Dyke menggambarkan dalam lagu ini banyak aspek kehidupan yang dapat membawa sukacita bagi kita. Ia memaksa agar teks yang ditulisnya di tahun 1911 ini, dinyanyikan dengan musik “Hymn of Joy” karya Beethoven dalam Ninth Symphony. Kombinasi kata-kata dan musik yang hebat ini menghasilkan “Joyful, Joyful, We Adore Thee,” yang merupakan satu dari ekspresi himne berbahasa Inggris yang paling riang.

Satu dari ide-ide van Dyke yang penuh kekuatan adalah bahwa kasih karunia Allah bagi kita seharusnya melahirkan kasih persaudaraan bagi sesama kita. Dengan pertolongan Allah kita dapat mengatasi perselisihan dan dibangun dalam sukacita Tuhan yaitu pada saat kita membagikan kasih kita kepada orang lain setiap hari.

Henry van Dyke adalah pendeta Presbiterian terkenal, yang untuk beberapa lama melayani sebagai moderator dalam denominasinya, dan juga sebagai seorang Pendeta Angkatan Laut dalam Perang Dunia I. Di kemudian hari ia menjadi Duta Besar di Belanda dan Luxembourg pada pemerintahan Presiden Wilson. Selama beberapa tahun, ia juga melayani sebagai Guru Besar Kesusasteraan di Universitas Princeton. Beberapa penghargaan tinggi diberikan kepadanya untuk tulisan-tulisan rohaninya. Tapi himne berikut ini (terjemahan E.L. Pohan, 1978) merupakan suatu alasan mengapa Henry van Dyke tetap diingat sampai saat ini:

Kami puji dengan riang
Dikau Allah yang besar;
bagai bunga t’rima siang,
hati kami pun mekar.
Kabut dosa dan derita,
kebimbangan t’lah lenyap.
Sumber suka yang abadi,
b’ri sinarMu menyerap.